Banjarmasin, Indonesia Jaya - Dalam bidang Kedokteran Gigi, khususnya di bidang Prostodonsia, kata
drg. Muhammad Genadi Askandar Sp.Pros, merehabilitasi keadaan rongga mulut pada gigi yang sudah dicabut, atau pada Pasien yang kehilangan gigi.
Pentingnya mengganti gigi setelah dicabut, tidak bisa dipertahankan, penting sekali langsung mengganti dengan gigi tiruan atau gigi palsu.
Pada bidang Prostodonsia ini, pihaknya mengembalikan rehabilitasi dari kondisi gigi mulut Pasien.
"Gigi yang sudah hilang harus diganti karena fungsi kunyahnya akan menurun. Dari segi estetika juga menurun. Sehingga orang yang banyak kehilangan gigi, dapat menghilangkan kepercayaan dirinya," ujar Genadi. Sedangkan fungsi kunyah yang menurun, akan berdampak pada lambung yang menjadi berat yang membuat makanan tidak sepenuhnya dicerna mulut yang tidak hancur makanan tersebut, membuat lambung bekerja lebih berat.
Gigi tiruan ada yang permanen atau tetap dan ada yang lepasan.
Untuk gigi permanen ada proses pembedahan gusi dan kemudian menanam implan pada tulang yang diberikan mahkota.
"Implan gigi ini akan menggantikan akar gigi yang sudah hilang atau sudah dicabut. Ini akan menggantikan fungsi kunyah atau estetika dari mulut," Genadi menambahkan.
Untuk gigi permanen ini, ada juga Gigi Tiruan Jembatan (Crown).
Sedangkan Gigi Tiruan Lepasan untuk kehilangan gigi yang banyak, tapi jenis gigi ini kurang nyaman. Kadang lupa meletakkan gigi jenis ini dan juga harus dibersihkan.
Dianjurkan, yang idealnya untuk jenis gigi tiruan yang permanen dengan pilihan perawatan implan gigi yang saat ini sudah banyak dipergunakan masyarakat.
"Yang perlu disadari masyarakat, pentingnya mengganti gigi yang sudah hilang, yang sudah dicabut dengan gigi palsu," saran Genadi.
Kehilangan gigi belakang sama saja dengan kehilangan fungsi kunyah, sehingga dianjurkan untuk dibuat gigi tiruan.
Untuk tanam gigi implan diperlukan waktu tiga bulan untuk proses implan menyatu dengan tulang. Kemudian baru bisa dicetak untuk diberikan Mahkota Gigi atau Crownnya. Dan selama tiga bulan tidak masalah.
Menjawab pertanyaan masyarakat yang menyatakan gigi palsu membuat sariawan, itu kata Genadi, untuk gigi tiruan yang lepasan mungkin ada resiko untuk terkena sariawan.
"Kadang mungkin karena bahan itu yang kasar yang menusuk ke pipi dan lidah," jelas Genadi. Dia mengingatkan untuk pemasangan gigi buatan atau gigi palsu agar dipasang di Dokter Gigi, bukan di Tukang Gigi.
"Di Tukang Gigi memang harga relatif lebih murah. Tapi ada aspek yang dikesampingkan, yaitu mengesampingkan aspek kesehatan dari gusi dan gigi," kata Genadi. Hal ini kadang masih ada sisa akar gigi yang tersisa dan langsung ditumpuk dengan gigi palsu.
"Gigi yang masih ada sisa akar, harus dicabut dulu. Tidak bisa ditumpuk dengan gigi palsu. Karena sisa akar menjadi sumber infeksi dan menjadi bom waktu bila ditumpuk dengan gigi tiruan atau gigi palsu," Jelas Genadi.
Untuk usia minimal yang melakukan pemasangan gigi palsu hanya untuk implan atau gigi jembatan adalah usia 20 tahun dan maksimalnya tidak ada, karena kata Genadi, rahang tidak tumbuh lagi dan ujung akar gigi sudah menutup.
"Jadi sudah aman, kalau kita membuat gigi jembatan untuk kita asah, sudah aman. Kemudian kalau memasang implan di usia tersebut sudah tidak bertumbuh lagi rahangnya. Jadi implan ini tidak berubah posisinya," jelasnya.
Disebutkan, untuk implan gigi, karena ada proses bedahnya, dihindari pasien yang memiliki darah tinggi atau gula darah tinggi seperti diabetes. Dikonsultasikan ke Dokter Umum atau penyakit dalam. Kalau sudah disetujui untuk proses bedahnya, baru dikerjakan.****juna
0 Komentar