Banjarmasin, Indonesia Jaya News
(Ambin Demokrasi)
“KUR SUMANGAT”, 31 TAHUN LK3
Oleh: Noorhalis Majid
Tidak banyak NGO seperti LK3 (Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan) mampu bertahan dan eksis hingga 31 tahun. Didirikan pada 18 Januari 1994, oleh sejumlah aktivis kampus antara lain Hasbullah, Rakhmalina dan Jalalluddin. Didukung dan diamini sejumlah tokoh antara lain Abdurrahman, Kamrani Buseri, Fauzie Aseri, Muhammad Hasyim, dan lain-lain.
Awalnya hanya sebuah kelompok diskusi, membicarakan berbagai hal terkait isu-isu keislaman dan kemasyarakatan, termasuk isu-isu yang berhimpitan dengan kebijakan pemerintahan Orde Baru. Kala itu Orde Baru begitu kuat, dan kebijakannya yang otoriter, memberi dampak pada banyak hal, termasuk membelenggu berkembangnya pemikiran dan budaya intelektual.
Gerakan LK3 unik, tidak sama dengan NGO kala itu, sehingga tidak menimbulkan resistensi. Bergiat melalui diskusi-diskusi, dengan tema-tema “keislaman”, membuatnya mudah diterima di tengah ketertutupan dan sinisme terhadap pemikiran kritis kala itu. Diskusinya bahkan diselenggarakan di rumah tokoh-tokoh berpengaruh, termasuk tokoh partai politik dan pemerintahan, yang pasti sangat Orde Baru.
Tahun 2000 ketika LK3 berkenalan dengan lembaga-lembaga yang bekerja pada isu interfaith, menjadi babak baru dalam memperluas isu dan gerakan yang dilakukannya. Tema-tema diskusinya meluas menjadi isu “kemasyarakatan”, sebagai titik temu dari agama-agama untuk membicarakan berbagai hal yang dirasakan oleh semua agama tanpa kecuali.
Karena menyangkut isu “kemasyarakatan”, maka pemberdayaan warga dan advokasi kebijakan, menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari. Dan lagi-lagi dia menjadi NGO yang unik, karena menempatkan interfaith sebagai basis dalam melakukan berbagai pemberdayaan dan advokasi kebijakan.
Aktivitas yang rutin serta konsisten diselenggarakan sepanjang 31 tahun, sedikit banyaknya berkontribusi pada berkembangnya pemikiran kritis, budaya intelektual, bahkan pembentukan kader dan aktor kritis di Kalimantan Selatan. Siapapun yang terlibat atau merasakan dampaknya, pasti mengucapkan terimakasih kepada LK3.
Hari ini, memasuki usianya ke 31 tahun, dua tantangan terbesar yang harus dijawab LK3, agar dapat terus hidup dan bertahan lebih lama, yaitu, kaderisasi dan kemampuan berinovasi.
Sekali pun berpuluh pelatihan diselenggarakan, namun tetap saja mengalami krisis kader. Tidak banyak anak muda yang mau terlibat berjibaku mempekuat gerak masyarakat sipil. Pun kemampuan berinovasi, agar tetap relevan di tengah perubahan zaman dan generasi yang begitu cepat.
Apapun tantangan selanjutnya, “kur sumangat” LK3, sudah bisa bertahan selama 31 tahun. Suatu rentang waktu yang tidak sebentar bagi sebuah NGO lokal. (nm)
0 Komentar